Sisi Lain (Negatif) Budaya Partisipasi Online; Gender Based Trolling, Homophobia, Rasisme, dan Cyber-Bullying
Jenis-jenis kekerasan di ranah online antara lain; Doxing (mempublikasikan data personal orang lain), Cyber-Stalking, Revenge Porn (penyebaran foto/video dengan tujuan balas dendan dengan disertai intimidasi/pemerasan). Tujuan kekerasan di ranah online tersebut juga selain menebarkan kebencian, tetapi juga untuk pemerasan, pembungkaman, dan ekspolitasi seksual yang berdampak menimbulkan rasa takut dan trauma dan akhirnya akan berorientasi pada kekerasan secara fisik.
Teori Komunikasi: Online Disinhibition Effect menjelaskan bahwa fenomena bullying di ranah maya disebabkan karena berbagai faktor diantaranya, anonimitas, ketidaktampakkan, minimnya otoritas, dan tidak adanya tatap muka. Empat hal inilah yang melahirkan budaya kebencian di internet. Seseorang bisa berkomentar semaunya, memaki, dan tidak memiliki adab. Mereka merasa bahwa dengan mem-bully seseorang di ranah maya dengan menggunakan akun anonim maka akan memberikan kepuasan tersendiri.
Sampai detik ini kekerasan di internet khususnya terhadap perempuan masih terus terjadi akibat kemudahan dalam mengakses media sosial, hal ini juga masih belum diperhatikan secara serius bagi sebagian besar orang. Beberapa menganggap kekerasan online sebagai candaan belaka dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Padahal kekerasan di internet (cyber-bullying) bukanlah sekadar kekerasan yang dapat ditolerir dan tidak berdampak apa-apa, akan tetapi cyber-bullying merupakan perpanjangan dari kekerasan fisik yang sudah ada.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi selain membawa kebermanfaatan bagi industri mapun individu dan masyarakat, ternyata membawa peran yang cukup negatif dalam pemanfaatannya. Gerakan #MenCallMeThings yang diprakarsai oleh seorang feminist blogger, Sandy Doyle mengajak seluruh korban cyber-bullying khususnya perempuan untuk berani bersuara. Doyle mengajak untuk berani bercerita dan mengungkap identitas pelaku. Ya, semoga kita sebagai generasi millenial bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Referensi:
Evan, Karalee. 2011. Men Call Me Things: It's Not as Romantic as it Sounds. The Drum, 11 November.
Filipovic, J. 2007. Blogging While Female: How Internet Misogyny Parallels. Yale Journal of Law and Feminism. p 295-304.
Thorpe, Vanessa. 2011. Women Bloggers Call for a Stop to Hateful Trolling by Misogynist Men. The Guardian, Sunday 6 November.
Comments
Post a Comment