Skip to main content

Media adalah Pesan: Lintasan Konvergensi

Contoh Konvergensi Media pada Perkembangan Industri & Teknologi Penyiaran Kreatif di Indonesia. (Ilham Darussalam - 1506686085)

                Marshall Mcluhan adalah seorang yang sangat berpengaruh bagi perkembangan media dan teknologi komunikasi di dunia. Bayangkan saja, seorang ilmuwan komunikasi dan kritikus ini bisa memprediksikan lewat teorinya mengenai World Wide Web 30 tahun sebelum hal tersebut ditemukan. Salah satu buku yang ia tulis adalah ‘Understanding Media:The Extension of Man’ yang menjelaskan teori ‘Medium is The Message’.
                Medium is The Message. McLuhan, Seorang sastrawan, politikus, seniman, dan ahli sejarah berpendapat bahwa teknologi media adalah pesan itu sendiri. Mungkin akan terdengar asing bagi kita, bagaimana mungkin media yang sejatinya merupakan sebuah sarana penyampaian pesan malah menjadi pesan itu sendiri? Bukankah justru media-lah yang mengantarkan pesan dari pengirim (encoder) kepada penerima (decoder). Seperti yang kita tahu, bahwa media dari mulai tradisional seperti:asap, lukisan di gua, kentongan; hingga media modern/mainstream seperti tv, radio, smartphone sudah jelas merupakan sebuah alat penyampaian informasi atau pesan. Kita juga sudah sepakat bahwa kebanyakan dari model komunikasi seperti Model Lasswell, Model Shannon, Model Katz dan Lazarsfeld juga menghadirkan peran ‘media’ sebagai alat bantu dalam proses penyampaian pesan. Lalu sebenarnya apa maksud dari si McLuhan ini? Apa benar bahwa media adalah pesan itu sendiri seperti apa yang telah ia sampaikan?
                Dalam tulisan di bukunya ‘Understanding Media:The Extension of Man’, McLuhan menjelaskan bahwa media adalah “any extension of ourself” atau dapat diartikan sebagai segala bentuk perpanjangan tangan manusia. Artinya, media bukan hanya terpaku pada media massa atau media mainstream saja, melainkan temuan/inovasi, teknologi baru seperti mesin cetak, scanner, fotokopi dan sebagainya. Serta yang dimaksud pesan menurut McLuhan adalah perubahan yang dihasilkan oleh media tersebut berupa efek sosial-budaya dan pengaruh yang diterima di masyarakat.
                            Sumber gambar: https://theosoriano.files.wordpress.com/2014/01/konvergensi-media.jpg
                Setelah media mengalami perkembangan semakin pesat, khususnya pada era digital saat ini, media seakan menjadi sentral dalam kehidupan kita sehari-hari. Kehidupan masyarakat sangat bergantung sepenuhnya kepada media, proses pengambilan keputusan banyak didasarkan oleh informasi melalui media. Media sudah menjadi sendi utama di kehidupan manusia. Manusia saat ini dituntut untuk mengerjakan sesuatu secepat-cepatnya, setepat-tepatnya, dan dalam kurun waktu yang bersamaan. Oleh sebab itu, kehadiran teknologi memodifikasi media menjadi sebuah alat yang dinilai dapat mengerjakan segala hal pekerjaan manusia secara bersamaan. Sehingga dikenal lah Konvergensi Media.
               Konvergensi Media menurut Henry Jefkins dalam bukunya "Convergence Culture: Where Old Media and New Media Collide" adalah aliran konten di platform beberapa media, kerjasama antara industri beberapa media, dan perilaku migrasi khalayak media. Kita dapat menafsirkan bahwa konvergensi media bukan hanya dilihat sebagai penggabungan platform media dalam arti perangkat teknologinya saja, seperti multiguna pada smartphone saat ini. Namun, konvergensi media juga dapat diartikan bagaimana masyarakat dapat mengaplikasikan beberapa fungsi teknologi tersebut kedalam pekerjaannya. Konvergensi media sangat membantu kehidupan manusia, dahulu manusia direpotkan oleh hal yang menuntut kita mengerjakan sesuatu dengan analog, seperti berbelanja secara manual, beriklan secara tradisional, menonton tv, transfer di atm, bayar kuliah di konter pembayaran. Namun sekarang hal tersebut menjadi mudah dengan adanya konvergensi media di layar smartphone kita. 
             Contoh penggunaan konvergensi media pada industri pertelevisian dapat dilihat pada semakin gencarnya stasiun televisi mempromosikan berbagai program acaranya di media sosial. Invansi stasiun televisi yang awalnya hanya bermediakan tv analog, sekatang menjamah pad tv berbayar, tv online, dan tv aplikasi. Contohnya adalah TransTV dan Trans7 yang menggunakan aplikasi MyTrans (sekarang aplikasi Transvision) untuk menonton streaming program acaranya di smartphone berbasis android dan ios, membuat saluran Transmedia di YouTube. NET. yang bersiaran di netmedia.co.id, Indosiar dan SCTV di vidio.com, serta setiap stasiun televisi sudah mempunyai saluran sendiri di YouTube agar tetap menjaring para pemirsa setianya. Konvergensi media juga membuat masyarakat sipil lebih mudah membuat konten sendiri, karena mereka sudah bisa merekam, mengedit, dan menyiarkan pada satu platform saja.
Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBA5MC2_wzq06wLTc-zqnst41s46dzCWlLIGITAhYmXpmD3QRKiPlLkVcfBq6qF4TEk74MVIgBthyx1kKwNCw2Mn4NdGWTA6o_rLwR1q0lcB9tBW9B95bdlXqUKvQjW__-j3MtEMboyJk/s1600/net+live.png



Referensi:
Federman, M. 2004. What is The Meaning of The Medium is The Message?.
Jenkins, Henry. Convergence Culture: Where Old Media and New Media Collide. New York: NYU Press.

Comments

Popular posts from this blog

Tuturan Antar Media (Transmedia Narrative): Antara Budaya Blockbuster dan Muatan Lokal

Transmedia Storytelling dan Strategi Pemenangan Jokowi-Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012           Alhamdulillah, tulisan kali ini tidak membahas mengenai konvergensi media. Hehehehe, walaupun mungkin dalam praktiknya masih ada kaitannya dengan hal tersebut. Ya, Transmedia Storytelling atau Transmedia Narrative. Transmedia? Apa itu? Perusahaan media yang dikelola oleh CT? Storytelling? Sebuah pertunjukkan untuk menampilkan cerita? Lho, bukan ternyata. Lalu apa sebenenarnya Transmedia Storytelling itu?           Transmedia Storytelling, mungkin istilah ini belum begitu familiar dan mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia belum paham akan arti dari kata tersebut. Tapi kita sebagai objek industri media ternyata pernah menikmati produk transmedia storytelling tersebut secara tidak sadar. Sebut saja mengenai film Star Wars. Para penggemar Star Wars telah melalui lintas generasi sejak film ini diliris pertama kali pada 25...

Rip/Mix/Burns: Munculnya Budaya Remix

                     Halo Pembaca! Kembali lagi di blog kecil-kecilan saya mengenai ulasan teknologi informasi dan masyarakat. Bagaimana dengan video mashup diatas? Pastinya lagu-lagu yang diputarkan dalam video tersebut merupakan lagu popular dari artis di 2016. Video mashup yang dirilis di YouTube ini merupakan sebuah kompilasi berbagai lagu yang diolah menjadi sebuah video yang satu dengan menyisipkan sedikit potongan lagu tersebut. Hal ini biasa kita kenal dengan remix . Contoh tersebut memang merupakan bentuk media remix . Lalu sebenarnya apa sih pengertian remix itu sendiri?           Menurut Lessig Lawrance (2008) dalam bukunya, ia mengatakan bahwa " Remix is an essential act of RW (Read-Write) creativity ". Terdapat istilah  RW (Read-Write), Lalu sebenarnya apa maksud dari istilah tersebut? Dalam teorinya, ia mengidentifikasikan dua bentuk budaya dalam bermedia, pertama RO Culture (Read-On...