Masih Adakah Privasi Kita di Dunia Maya?
Masih terbayang dalam benak kita, bagaimana kondisi masyarakat kita saat internet belum begitu berkembang atau bahkan belum ada sama sekali. Komputer hanyalah sebatas media otomasi pekerjaan administrasi belaka, sedikit media hiburan, penyimpanan data personal offline, atau hanya untuk menyelesaikan aktivitas semacam desain saja. Kalaupun internet sudah dikenal, jaringan komputernya pun hanya terbatas pada lingkungan kantor saja. Saat ini, dimana tuntutan sosial semakin berkembang, membawa kecenderungan perkembangan jaringan komputer memiliki skala yang lebih luas dari yang kita bayangkan sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Ditambah kemajuan dalam smartphone dan web 2.0 membuat masyarakat mulai membentuk sistem sosial dan komunitasnya sendiri di dunia maya, paralel dengan kehidupan keseharian kita.
Siapa yang bisa menyangkal dan melawan arus jika kondisi sosial saat ini sangat erat berkaitan dengan dunia maya dan digital. Sebagai manusia milenial, kita sangat terbantu dengan perangkat teknologi informasi komunikasi yang begitu multifungsi. Apapun yang kita kerjakan saat ini pasti akan berhubungan dengan sebuah sistem dan perangkat yang terhubung dengan internet. Ditambah dengan kehadiran media sosial yang begitu beragam, kita akan lebih mudah dalam menjalankan kehidupan sosial. Dengan medium jaringan sosial tersebut, kita bisa menyimpan kejadian-kejadian yang kita alami, berbagi denganorang lain. Intinya kita memberitahukan kepada seluruh dunia tentang apa saja kegiatan kita hari ini, apa kesenangan kita, dan sebagainya.
Disaat peluang berbagi informasi kini sudah ada dimana-mana, nampaknya hampir tidak ada sekat antara ruang publik dan ruang privasi. Banyak pertanyaan dan perdebatan dimanakah posisi privasi kita sebagai pengguna dunia maya? Ya, memang pada dasarnya media sosial dan situs jaringan diciptakan adalah untuk berbagi dan bukan untuk menyembunyikan sesuatu.Masalah utamanya adalah, tidak ada standar universal mengenai pengaturan privasi di semua media sosial. Masing-masing situs memiliki interpretasi berbeda mengenai privasi dan apa konten yang bisa dibagikan atau tidak.Ditambah lagi ada banyak aplikasi pihak ketiga yang digunakan situs jejaring yang membuat konten pengguna menyebar melalui berbagai layanan.
Ambil contoh Instagram, pengguna awalnya memang dikhususkan oleh instagram untuk berbagi foto kepada khalayak ramai tanpa adanya fitur privasi. Namun, dengan adanya penyempurnaan diberbagai fitur, kini pengguna instagram bisa memprivasi akun mereka dan berhak memilih serta memilah kepada siapa ia akan berbagi. Pertanyaannya adalah, apakah dengan mengganti mode privasi maka kita akan sepenuhnya aman 100% dan terhindar dari segala ancaman suatu pihak? Jawabannya tidak. Karena apapun yang terkait dengan jejaring internet, maka keluasan pribadi kita akan sepenuhnya kita berikan kepada pihak tertentu sebagai sebuah pengorbanan.
Salah satunya yang dilakukan oleh National Security Agency di Amerika Serikat. Agensi keamanan tersebut membuat fasilitas pusat mata-mata yang bertujuan untuk mencegat, menguraikan, menganalisis, menyimpan seluruh data informasi komunikasi yang terjadi di seluruh dunia. NSA mengawasi jalannya komunikasi di dunia lewat dengan cara melihat segala konten dari email pribadi, percakapan kita di berbagai aplikasi dan internet, apa yang kita cari di internet, dan semua data pribadi yang kita miliki. NSA bekerja sama dengan berbagai layanan penyedia telekomunikasi, google, facebook, dan apple demi mendapatkan segala data pribadi yang kita miliki.
Dapat disimpulkan bahwa kehadiran web 2.0 telah mengaburkan batasan privasi kita sebagai seorang individu manusia. Tindakan mendapatkan data bukan hanya dapat diretas dan dilakukan oleh kalangan sipil biasa dengan cara layanan pihak ketiga, namun juga dilakukan oleh sebuah instansi besar pemerintah. Jadi, privasi seseorang di dunia maya sebenarnya sangat riskan, maka lebih baik kita sebagai pengguna situs jejaring tak perlu membeberkan data dan apapun yang bersifat sangat pribadi agar terlindung dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Tetapi, jika hal tersebut sudah dilakukan oleh corporate dan goverment yang bekerja sama, mungkin hal itu yang harus kita bayarkan ketika kita menggunakan layanan dan jasa mereka.
Disaat peluang berbagi informasi kini sudah ada dimana-mana, nampaknya hampir tidak ada sekat antara ruang publik dan ruang privasi. Banyak pertanyaan dan perdebatan dimanakah posisi privasi kita sebagai pengguna dunia maya? Ya, memang pada dasarnya media sosial dan situs jaringan diciptakan adalah untuk berbagi dan bukan untuk menyembunyikan sesuatu.Masalah utamanya adalah, tidak ada standar universal mengenai pengaturan privasi di semua media sosial. Masing-masing situs memiliki interpretasi berbeda mengenai privasi dan apa konten yang bisa dibagikan atau tidak.Ditambah lagi ada banyak aplikasi pihak ketiga yang digunakan situs jejaring yang membuat konten pengguna menyebar melalui berbagai layanan.
Ambil contoh Instagram, pengguna awalnya memang dikhususkan oleh instagram untuk berbagi foto kepada khalayak ramai tanpa adanya fitur privasi. Namun, dengan adanya penyempurnaan diberbagai fitur, kini pengguna instagram bisa memprivasi akun mereka dan berhak memilih serta memilah kepada siapa ia akan berbagi. Pertanyaannya adalah, apakah dengan mengganti mode privasi maka kita akan sepenuhnya aman 100% dan terhindar dari segala ancaman suatu pihak? Jawabannya tidak. Karena apapun yang terkait dengan jejaring internet, maka keluasan pribadi kita akan sepenuhnya kita berikan kepada pihak tertentu sebagai sebuah pengorbanan.
Salah satunya yang dilakukan oleh National Security Agency di Amerika Serikat. Agensi keamanan tersebut membuat fasilitas pusat mata-mata yang bertujuan untuk mencegat, menguraikan, menganalisis, menyimpan seluruh data informasi komunikasi yang terjadi di seluruh dunia. NSA mengawasi jalannya komunikasi di dunia lewat dengan cara melihat segala konten dari email pribadi, percakapan kita di berbagai aplikasi dan internet, apa yang kita cari di internet, dan semua data pribadi yang kita miliki. NSA bekerja sama dengan berbagai layanan penyedia telekomunikasi, google, facebook, dan apple demi mendapatkan segala data pribadi yang kita miliki.
Dapat disimpulkan bahwa kehadiran web 2.0 telah mengaburkan batasan privasi kita sebagai seorang individu manusia. Tindakan mendapatkan data bukan hanya dapat diretas dan dilakukan oleh kalangan sipil biasa dengan cara layanan pihak ketiga, namun juga dilakukan oleh sebuah instansi besar pemerintah. Jadi, privasi seseorang di dunia maya sebenarnya sangat riskan, maka lebih baik kita sebagai pengguna situs jejaring tak perlu membeberkan data dan apapun yang bersifat sangat pribadi agar terlindung dari pihak yang tidak bertanggungjawab. Tetapi, jika hal tersebut sudah dilakukan oleh corporate dan goverment yang bekerja sama, mungkin hal itu yang harus kita bayarkan ketika kita menggunakan layanan dan jasa mereka.
Bamford, James. 2012. "Inside the Matrix" Wired, 20.04
Cameron, Dell. 2013. Yes the NSA Can Spy on Every US Citizen. https://www.vice.com/en_us/article/the-fbi-wants-to-wiretap-every-us-citizen-online.
Comments
Post a Comment